Jumat, 16 Oktober 2015

Modul Kepenulisan Komunitas Pondok Pena




KOMUNITAS SASTRA SANTRI
PONDOK PENA
“MODUL BELAJAR MENULIS”





Disusun Oleh:
Pengurus Komunitas
2015/2016





Pengantar Oleh Penyusun

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Karena berkat Allah-lah modul sederhana nan tipis ini bisa diselesaikan. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, yang selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak.
                Modul ini bersifat hanya sebagai pengantar untuk mengenalkan kepada para calon penulis hebat. Diharapkan modul ini bisa menjadi pintu untuk membuka pintu wawasan kepenulisan kalian dalam perjalanan anda sebagai penulis. Kami juga berharap dengan modul ini anda akan terpacu semangatnya untuk terus mengembangkan potensi kalian. Karena semua orang mempunyai potensi, bukan bakat. Bakat adalah potensi yang dikembangangkan. Jadi jangan percaya adanya bakat dari lahir.
                Setelah melaui proses yang agak panjang, akhirnya modul ini bisa sampai ke tangan pembaca sekalian. Perlu pembaca ketahui, bahwasannya modul ini sudah diberi mantra-mantra sehingga barang siapa yang sudah memegang modul ini tiba-tiba anda berhenti menulis. Maka hidup anda akan tidak tenang.
                Pada modul ini dijelaskan mengenai wawasan-wawasan dasar kepenulisan yang sementara dikhususkan pada puisi, cerpen, novel, dan kejurnalistikan. Penejelasan-penejelasan di dalamnya tentu jauh dari lengkap, jadi diharapkan kepada anda sekalian tidak terpaku pada modul ini saja sebagai pedoman referensi belajar anda. Tetapi anda harus menambah bacaan anda melalui sumber-sumber lain. Bisa dengan membeli buku-buku kepenulisan karangan penulis terkenal seperti Naning Pranoto, atau bisa juga dengan mencari di internet.
                Jika pembaca sekalian ingin meng-copy file-file tentang kepenulisan ataupun bacaan-bacaan umum, silahkan meminta ke saudara Heru Mulyadi. Anda bisa mencetaknya atau membacanya dalam format e-book dengan perangkat HP android atau laptop. Silahkan bergabung juga di grup facebook Komunitas Pondok Pena.



 


Penyusun,

                                                                                                                     Pengurus Pondok Pena






Daftar Isi

1.       Daftar nama dan kontak mentor 3
2.       Puisi 4
3.       Dasar ekspresi, bunyi dan aspek puitiknya 5
4.       Persajakan (rima) 5
5.       Diksi dan Pencitraan 6
6.       Majas/bahasa kias 6
7.       Tipografi dan enjambemen 9
8.       Puisi jenis baru puisi nadham 9
9.       Teknik kreatif menulis puisi 11
10.   Cerpen dan novel 13
11.   Perbedaan Cerpen dan novel 13
12.   Unsur intrinsik cerita 13
13.   Table perbedaan cerpen dan novel 16
14.   Tips dan trik menuli cerita 18
15.   Langkah membuat cerpen 19
16.   Teknik dasar menulis; Show, don’t tell 19
17.   Cara menulis dari Ernest Hemingway 20
18.   Contoh cerpen Koran kompas 22
19.   Proses terjadinya banyak ide 26
20.   Dasar-dasar jurnalistik 27
21.   Kode Etik jurnalistik 27
22.   Teknik Penulisan Berita 28
23.   Teknik Peliputan dan Wawancara 30
24.   Teknik Fotografi 30
25.   Teknik Layout 32










Untuk memudahkan belajar menulis teman-teman, dari Pondok Pena menyediakan mentor-mentor yang bisa teman-teman curi waktu luangnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman dan juga meminta koreksi atas karya-karya teman-teman. Berikut nama-namanya :
1.         Kakak Irna Novia Damayanti (085726262851) bidang; puisi dan cerpen.
2.         Kakak Iis Sugiarti (085725962374) bidang pusi dan Jurnalistik.
3.         Kakak Heru Mulyadi (08562641824) bidang puisi, cerpen, novel, dan opini.
4.         Kakak Mustoifah (085600816243/083844225567) bidang puisi, cerpen, opini, dan essay.
5.         Kakak Nurjanah (085726052800) bidang cerpen dan merupakan ketua coordinator cerpen.
6.         Kakak Janatin Mei R A (085747923253) bidang puisi dan Jurnalistik.
7.         Kakak Sari Andriani (089666068752) jurnalistik dan merupakan ketua koordinator jurnalistik.
8.         Kakak Yuyun Zuniar (087705103512) bidang puisi.
9.         Kakak Ikka Virganita N (085647976898) bidang puisi.
10.      Kakak Fika Setianingsih (085647820286) bidang cerpen.
11.      Kakak Elani Dwi L (087737467020) bidang puisi.
12.      Efen Nurfiana (085747319713) bidang puisi.
Itulah daftar nama-nama yang bisa teman-teman “manfaatkan” untuk menjadi mentor teman-teman dan menjadi katalis karir kepenulisan kalian. Silahkan jangan malu-malu untuk menghubungi teman-teman mentor, kami siap membantu teman-teman.














PUISI[1]
                Pengertian
                Pengertian Puisi menurut Prof. Dr. Sumiyanto A Sayuti, dalam bukunya yang berjudul “Berkenalan dengan Puisi”,(Gama Media: 2010), adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional. Dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang dungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.
                Lain halnya menurut Abdul wachid BS dalam bukunya yang berjudul “Creative Writing”(STAIN PRESS: 2013), menyatakan bahwa setiap penyair mempunyai pengertian sendiri tentang puisi yang ditulisnya. Dengan demikian, definisi puisi akan sebanyak jumlah penyair. Samahalnya  dengan definisi kebudayaan, definisi puisi sebanyak orang yang mencoba merumuskannya.
Hakikat Penyair dan Puisinya: Sebuah Cara Komunikasi
Baca dengan seksama Puisi berikut:
PENYAIR
aku telah terbuka perlahan-lahan, seperti sebuah pintu, bagiku 
satu per satu aku terbuka, bagai daun-daun pintu,
hingga akhirnya tak ada apa-apa lagi yang bernama rahasia;
begitu sederhana: sama sekali terbuka.

dan engkau akan selalu menjumpai dirimu sendiri di sana
bersih dan telanjang, tanpa asap dan tirai yang bernama rahasia
jangan terkejut: memang, dirimu sendirilah yang kaujumpa
di pintu yang terbuka itu, begitu sederhana
jangan gelisah, itulah tak lain engkaumu sendiri,
kenyataan yang paling sederhana tapi barangkali yang menyakitkan hati
akan selalu terbuka, seperti sebuah pintu, lebar-lebar bagimu
dan engkau pun masuk, untuk mengenal dirimu sendiri dari sana

(Sapardi Djoko Damono)

                Dalam puisi tersebut “penyair” diibaratkan “sepertisebuah pintu”, yang “daun-daun”-nya “sama sekali terbuka/… hingga akhirnya taka da apa-apa lagi yang bernama rahasia”. Jadi, penyair adalah seseorang yang membukakan rahasia kehidupannya kepada orang lain. Lewat puisinya, penyair membuka “pintu-pintu” jiwa dan kehidupannya bagi orang lain. Karenanya, orang lain “…akan selalu menjumpai dirimu sendiri disana”, yakni dalam puisi; dalam keadaan “bersih dan telanjang tanpa asap dan tirai yang bernama rahasia”. Dalam puisi, “…memang dirimu sendirilah yang kaujumpa”, yang “… begitu sederhana,” yang “…tak lain engkaumu sendiri”. Oleh karena itu, puisi sebagai ekspresi kejiwaan, dengan demikian, selalu menuntut adanya kejujuran, yang dalam bahasa pilihan Sapardi dinyatakan sebagai: “terbuka, …bersih dan telanjang, tanpa asap dan tirai”.
                Tentu saja yang dibuka oleh penyair tidak hanya kehidupannya sendiri yang bersifat rahasia karena krhidupan pibadi itu pada hakikatnya juga dibentuk lewat tegur sapa dengan orang lain. Pengalaman individual dan social dalam kehidupan manusia saling berinteraksi, tidak terkecuali oleh penyair. Hal itulah yang kemudian diekspresikannya lewat puisi.
Dasar Ekspresi
                Salah satu bunyi ekspresi puisi Dodong Jiwaprana yang kutipannya sebagi berikut: “kun fayakun/ saat penciptaan kedua adalah puisi/ tertimba dri kehidupan yang kautangisi”.Secara sederhana ungkapan itu dapat diartikan bahwa yang menjadi dasar atau sumber inspirasi kreatif penciptaan puisi adalah hidup dan kehidupan itu sendiri.
                Sudah menjadi rahasia umum bahwa teks kreatif, Puisi ataupun genre sastra yang lain (novel, cerpen, naskah drama/ repertoar drama) pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, dan pemikiran penyairnya tentang kehidupan yang diungkapkan melalui bentu-bentuk tertentu sesuai dengan pengedepanan fungsi “bahsa pilihan” masing-masing.
Bunyi dan Aspek Puitiknya
                Salah satu peran bunyi dalam puisi adalah agar puisi itu merdu jika didengarkan sebab pada hakikatnya puisi adalah untuk didengarkan.Seperti yang sudah kita tahu bahwa, tiap penyair melakukan seleksi atas kata-kata yang dipergunakan dalam puisinya agar ekspresi gagasannya menjadi lebih intensif.
                Keindahan berupa hiasan suara, kemerduan bunyi, irama, atau pola yang berfungsi evokatif, yaitu fungsi dalam kaitnnya dengan potensinya untuk merangsang munculnya daya tanggap, atau potensinya dalam membangkitkan perasaan.Fungsi-fungsi bunyi ini pada dasarnya hanya menrupan fungsi tambahan karena fungsi utamanya adalah sebagai pendukung arti.
v  Persajakan (Rima)
                persajakan merupakan perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Sebuah puisi mungkin dapat mengandung berbagai pola persajakkan.Dalam hal ini yang lebihpenting adalah persoalan apakah persajakkan itu menambah estetikanya suatu puisi atau tidak.
                Jenis persajakan yang sering muncul dalam puisi-puisi Indonesia modern ialah anafora , yaitu suatu ulangan pola bunyi di awal baris. Kutipan baris-baris puisi Subagio berikut menunjukan hal itu.
Ah, sajak ini,
Mengingatkan aku pada langit dan mega,
Sajak ini mengingatkan kepada kisah dan keabadian.
Sajak ini melupakan aku kepada pisau dan tali.
Sajak ini melupakan kepada bunuh diri.

                Penggunaan bentuk anafora dalam kutipan tersebut tampak pada perulangan kata sajak ini, dan pada kutipan kedua berupa kata dari.Pola anaforis tersebut berfungsi menggiring atau memfokuskan perhatian pembaca ke arah tertentu, yakni arah yang oleh penyair dikehendaki sebagai aspek yang mengemuka. Maka makna kutipan tersebut menjadi jelas karena dengan mengulangi frase sejak inidiharapkan pembaca menjadi makin sadar terhadap cita-cita dan arti hidup, yaitu agar manusia ingat: “kepada langit dan mega” dan “kepada kisah dan keabadian” sehingga manusiapun melupakan “pisau dan tali” sebagai sarana utama dari tindakan sia-sia yakni “bunuh diri”.
Persamaan bunyi dalam sebuah sajak tidak mesti dalam bentuk kata, tetapi kadang-kadang juga berupa persamaan suku kata, seperti dapat dibaca pada kutipan berikut:
Kamipun sampai di kawah gersang.
Sekeliling, jauh di bawah, Jawadwipa.
Di atas sini batu semata, bau belerang.
dan entah cari apa seekor kera?
(Situmorang, “Mendaki Puncak Merapi”)
               
                Persamaan bunyi yang muncul pada kutipan tersebut yaitu bunyi /ah/ pada kata kawah di baris pertama dan kata bawah di baris ke dua. Demikian juga bunyi /a/ pada kata semata di baris ketiga dengan kata apa di baris ke empat.
Diksi
                Diksi sebagai salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya.Pemahaman terhadap penggunaan diksi menjadi salah satu pemandu pembaca menuju pemahaman makna puisi secara baik dan menyeluruh.
Pencitraan
                Kata atau rangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalam puisi disebut citraan.Dalam kaitannya dengan proses kreatif, dalam sifatnya yang ekspresif, citraan berfungsi membangun keutuhan puisi karena melaluinya pengalaman keinderaan paenyair dikomunikasikan kepada pembaca. Jadi, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa citraan merupakan kesan yang terbentuk dalam rongga imajinasi melalui sebuah kata atau rangkaian kata yang seringkali merupakan gambaran dalam angan-angan. Atau citraan itu merupakan gambaran pengalaman indera, dalam puisi, yang tidak hanya terdiri dari gambaran mental saja, tetapi sesuatu yang mampu pula menyentuh atau menggugah indera-indera yang lain.
MONOLITH
Hebat
Tiang runtuh
Menjulang di gigir langit

Suram
Sebuah bukit
Terbentuk dari satu batu
Oleh tangan beku.

Sebuah
Monolith
Lingga

God!

                Citraan rabaan terasa pada puisi Subagio di atas. Berdasarkan judulnya saja, seolah-olah di depan mata kita berdiri sebuah tugu atau sebuah monument, dengan kunikan, ketunggalan, dan kepadatannya. Dalam keringkasan ekspresinya, penyair berhasil membangun citraan yang kaya akan tenaga saran dan asosiatif. Di samping citra visual, puisi itu juga menampilkan citra rabaan sebab pembaca seolah-olah diperhadapkan dengan sesuatu yang bersifat keras yang bisa dirasakan lewat indera peraba.
Majas/Bahasa Kias
·         Simile, merupakan bentuk perbandingan antara dua hal atau wujud yang hakikatnya berlainan, namun sengaja dianggap sama. Majas ini bersifat eksplisit yang ditandai adanya kata seperti, sebagai, serupa, bagai, laksana, bak dan adakalanya juga merform se-.
Ex:Wajahmu laksana purnama
·         Metafora, serupa dengan pengertian simile namun yang membedakan adalah perbandingannya bersifat implisit, yakni tersembunyi di balik ungkapan harfiahnya.
Ex: Kembang desa : Gadis,
Hatiku menjelma merah jambu : Sedang jatuh cinta
Puisi Amir Hamzah berikut ini sepenuhnya bersifat metaforis.

PADAMU JUA

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
Engaku ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap denga lepas

Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu bukan giliranku
Mati hari bukan kawanku

                Secara keseluruhan puisi tersebut mengungkapkan dialog, semacam tegur sapa anatara aku dan engkau, atau tepatnya pengaduan si aku (lirik) kepada engkau, tetapi engkau dalam kaitan ini adalah Engkau transedental, Engkau Illahiah. Dilog atau pengaduan itu dilakukan karena si aku selalu merasa gagal: /Mengapa aku dalam cakarmu/Bertukar tangkap dengan lepas..//Engkau pelik menarik ingin/Serupa dara di balik tirai.

                Upaya mengkonkritkan Engkau Illahiah tersebut dapat dicermati terutama pada bait II. Di sana dimunculkan pembanding: kandil kemerlap, yaitu pelita yang menyala kelap-kelip. Perbandingan tersebut membuat sifat Tuhan Yang Maha Penerang menjadi lebih nyata dalam rongga imajinasi pembaca, sebab yang terlihat dan terasakan dalam diri pembaca adalah sebuah kandil yang kemerlap.Sifat Maha Penerang yang semula abstrak dan sulit dibayangkan, akhirnya menjadi konkret karena benda yang dijadikan pembandingnya dapat dihayati atau disaksikan.
·         Personifikasi, merupakan majas yang membadingkan benda-benda mati dengan sifat-sifat manusia (pemanusiaan).
Ex: langit yang menjatuhkan air matanya ke bumi pertiwi.
Kutipan Puisi Emha Ainun Najib
Di Yogya aku lelap tidur
Angina di sisiku mendengkur
Seluruh kota pun bagai dalam kubur
Pohon-pohon semua mengantuk
Di sini kamu harus belajar berlatih
Tetap hidup sambil mangantuk

                Dalam puisi tersebut dengan sangat mengesankan suasana ketenangan kota Yogya digambakan sebagai: angin di sisiku mendengkur, pohon-pohon semua mengantuk.Suasana tenang bersifat abstrak manjadi lebih mudah dibayangkan karena personifikasi itu, menyebabkan tanggapan pembaca mudah tergugah karena dihadapkan pada sesuatu yang konkret.


·         Alegori
Ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan.  Cerita kiasan atau lukisan kiasan ialah lukisan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain.  Alegori ini sesungguhnya merupakan metafora yang dilanjutkan. Contoh sajak Sutan Takdir Alisyahbana yang berjudul Menuju ke Laut. Sajak itu melambangkan angkatan baru yang berjuang ke arah kemajuan. Angkatan baru ini dikiaskan sebagai air danau yang menuju ke laut dengan melalui rintangan-rintangan. Laut penuh gelombang, mengiaskan hidup yang penuh dinamika perjuangan, penuh pergolakan. Jadi, sajak tersebut mengiaskan angkatan ,muda yang penuh semangat menuju kehidupan baru yang dinamis, meninggalkan adat yang statis, kehidupan lama yang beku, tidak mengalir. Alegori dapat berbentuk puisi atau prosa.

Menuju ke Laut
(STA)

Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
                         

“Ombak ria berkejar-kejaran
digelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin
dalam lomba bersama mega”


·         Simbol, merupakan bentuk bahasa kias yang fundamental dalam ekspresi puitik. Bentuk ini sering dipertimbangkan sebagai wadah gagasan, dan karenanya sangat dibutuhkan untuk mengejewantahkan pengalaman-pengalaman yang akan dikomunikasikan. Dapat juga dikatakan bahwa symbol mempunyai makna lebih banyak daripada ungkapan simbolik itu sendiri. Berikut puisi dari Sutardji:

SOP
aku sedang makan sop hitam
dari darahku
dan menghisapnya sampai perutku besar
darahku penuh anjing-anjing hitam
melolong menggigit jam
jantungku memompkan kucing-kucing hijau
melingkari pinggang hutan
darahku berteriak
berdentum-dentum
dalam kamus yang tak dicetak
dan tak diterbitkan
aku sedang makan sop hitam
dari darahku
dan menghisap
selahap-lahap segila-gilanya
seperti perempuan dalam film baru
menghisap lengan

                Pada baris puisi tersebut yang menggunakan kata darah melahirkan imaji maut.Darah dalam puisi tersebut merupakan simbol campuran antara hasrat dan bayangan maut.
Tipografi
                Tipografi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata, dan bunyi untuk menghasilkan bentuk fisik puisi yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
Enjambemen
                Enjambemen adalah pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya.Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.
Genre Puisi Baru “Puisi Nadham”
Mari kita simak esai Dimas Indiana Senja, berikut:
ESTETIKA SASTRA NADHOM
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 20-22 Juni 2014, saya diundang acara launcing buku “Negeri Langit” seri Dari Negeri Poci 5 di Tegal. Acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Radja Ketjil itu pada akhirnya mempertemukan para penyair lintas kota yang puisinya masuk dalam buku antologi setebal 631 tersebut.
Dalam kesempatan itu, saya dipertemukan dengan seorang penyair berlatarbelakang santri bernama Sofyan RH.Zaid.Ada yang berbeda dari penyair yang satu ini, yakni penulisan puisi yang unik, puisi berbentuk Nadhoman (hal 521-524 dalam buku Negeri Langit). Saya sendiri tercengang dengan keberanian Sofyan RH Zaid dalam menuliskan puisi-puisinya, yang notabene belum ada penyair yang memakai gaya nadhoman. Perhatikan puisi ini
MAWAR SIDRAH
jam berhenti sejenak # terdengar suara cecak
seperti denting ribuan logam # kau datang padaku serupa malam
aku lupa menutup pintu # aku luka melupa nafsu
di kamar kita menjadi bisu # mawar dan sidrah bersatu
; jibril di mana wahyu? # khidir di mana waktu?


Genealogi Nadhoman
Nadhoman pada mulanya merupakan sebuah tradisi pesantren yang mempunyai kelebihan karena fungsinya sebagai media pengajaran, nasihat, sekaligus sebagai hiburan.Hal ini dapat dilihat dalam kitab-kitab kuning karangan para ulama, model penulisannya berbentuk nadhoman, sehingga pembelajarannya pun sembari dinyanyikan atau ditembangkan.
Merujuk pada penelitian Braginsky (1994), maka sekurang-kurangnya ada tiga muatan dalam sastra berbentuk nadhoman, yakni (a) fungsi hiburan muncul lantaran hadirnya nadhoman dalam hazanah sastra selalu dinyanyikan baik dengan iringan musik tertentu maupun tidak; (b) fungsi pendidikan dan pengajaran muncul karena di samping nadhoman mengekspresikan nilai-nilai dedaktis, yakni pendidikan nilai-nilai moral Islam dan pengetahuan Islam yang kompleks, nadhoman juga digunakan sebagai bahan ajar dan atau media pengajaran di kalangan masyarakat santri; (c) fungsi spiritual muncul lantaran sebagian besar nadhoman diberlakukan penggunaannya semata-mata sebagai upaya penghambaan diri kepada Tuhan yakni untuk mempertebal rasa keimanan dan ketaqwaan.
Nadhom, mengutip pendapat KH. Musthafa Bisri, adalah kalimat yang disusun secara teratur dan bersajak, baik melalui penguasaan ilmu ‘Arudh  atau hanya menyelaraskan wazan (model) yang telah ada. Model nadhoman—sebagaimana diungkapkan KH Husein Muhammad dalam pembukaan buku Nadzam Santri—dapat dinikmati berbagai kalangan, terutama masyarakat bawah, yang saat ini membutuhkan tetesan embun ilahi yang menyirami kegersangan hati serta kerlip cahaya ketuhanan yang bisa membuka nurani.
Menyoal puisi-puisi Sofyan ini, saya teringat Roland Barthes, yang dalam tulisannya berjudul “Style and its Image” (1971), mengatakan bahwa style is historic concept. Pernyataannya mengindikasikan bahwa ketika kita berhadapan dengan puisi atau sekumpulan puisi yang menunjukkan ciri kesamaan dalam hal gaya, kita tidak bisa mengelak dari kerja menghubungkan atau mempertentangkan dengan sajak-sajak sebelumnya. Dalam pada ini, puisi-puisi Sofyan, dapat dirunut genealoginya dari puisi-puisi sufistik Hamzah Fansuri yang dikutip dari transliterasi Abdul Hadi W.M. (2001:335), Nurani itu itu haqiqat  khatam/  Pertama terang di laut dalam/ Menjadi makhluq sekalian alam/ Itulah bangsa hawwa dan adam/  atau dalam khasanah perpuisian Indonesia modern, kita mengenal Linus Suryadi AG, seperti puisinya berjudul “Nocturno” dalam bukunya Tirta Kamandanu (1997) /Malam beranjak/Dilepas lagu/Tercium segrak/Aroma rindu//Dentang-denting/Dentang jantung/Arloji nyaring/ Di rumah suwung.
Di sini terlihat jelas, bagaimana sebuah puisi dimisikan untuk membentuk ketukan irama saat dibaca. Bedanya jika Hamzah Fansuri dan Linus tidak membubuhi tanda # pada puisi-puisinya, maka Sofyan memakainya secara konsisten, persis dengan Nadhoman yang ada di kitab, ataupun nadhom syiiran, sebagaimana dalam buku “nadzam santri” karya K.H Maman Imanulhaq,
agama teh jalan gusti # diambah ku niat suci
ngarah bagja jeung utami # saluyu pituduh Ilahi
Puisi Nadhom
Kita bisa melihat bagaimana permainan rima menjadi sesuatu yang “wajib” dihadirkan dalam perpuisian model nadhoman.Sofyan berkeyakinan besar bahwa gaya ucap sajak adalah identik dengan “keindahan bahasa”. Sajak Sofyan seolah menunjukkan bahwa penyair telaten dengan pergulatan memilih gaya ucap yang menunjukkan pada makna keindahan bahasa. Pilihan  kata yang diupayakan membentuk lari-larik sajak yang eufonik, baik melalui persamaan bunyi di akhir larik maupun melalui elitarasi dan asonansi, merupakan penanda akan sikap dan keyakinan Sofyan sebagai penyair terhadap persoalan gaya ucap. Namun begitu, puisi-puisi Sofyan tidak semata menonjolkan sisi ritmis puisi, melainkan tetap mempertahankan substansi dari puisi sebagai sebuah muatan yang ingin disampaikan kepada jamaah pembaca.
Pola bunyi hadir lebih intens ketika dilisankan.Dalam pada ini, puisi tak sekadar ingin dibaca dalam hati, tetapi juga ingin ditonton dan ingin diperdengarkan.Hal ini bukan tanpa alasan, karena puisi tersebut sebenarnya ingin lebih dekat dengan pembacanya. Kata-kata yang dipilih Sofyan tidak ingin lewat begitu saja tanpa hambatan (otomatis), melainkan dengan membentuk pola-pola bunyi yang khas, kata-kata ingin hadir dengan cara yang tidak biasa (deotomatis), sehingga dipersepsi dengan cara yang tidak biasa pula, dialami secara lebih intens.
Saya melihat konsistensi Sofyan dalam menulis puisi berbentuk nadhoman, terbukti sedari 2006—yang terrekam dalam buku Biarkan Aku Meminang dengan Puisi—sampai sekarang terus menulis puisi jenis ini. Saya sendiri masih bertanya-tanya, akankah puisi berbentuk nadhoman yang sudah terlanjur memberi warna dalam khasanah perpuisian Indonesia ini akan bertahan ke depannya, dalam artian akan menjadi sebuah pilihan gaya berpuisi, atau bahkan akan hilang karena perbedaan yang mencolok itu sendiri, yang barangkali banyak media yang tidak menyukainya? Kita tunggu.
 Pustaka Senja, 2014
Teknik Kreatif Menulis Puisi
Teknik Peta Pasang Kata yakni cara merangkai kata menjadi susunan baris puisi yang menarik. Cara ini dilakukan dengan mengingat-ingat sesuatu yang dialami, dilihat, atau didengar yang kemudian dituangkan/ditransformasikan dalam bentuk diksi (pilihan-pilihan kata yang sesuai).Berdasarkan eksplorasi terhadap pengalaman ini dapat mematik inspirasi untuk memunculkan diksi-diksi lain yang sangat luar biasa.
Langkah kedua yaitu mengaitkan kata dengan yang lain (memasangkan kata).Pada tahap ini dibutuhkan keberanian untuk merangkai kata tanpa ada rasa takut karena salah dalam menyusunnya.Dalam menulis puisi ada kebebasan penyair untuk menuangkan idenya tanpa harus merasa benar atau salah.Seorang penyair mempunyai kebebasan menulis puisi untuk menyimpang dari kaidah kebahasaan yang dikenal dengan istilah licensia poetica. Contoh: mentari murka, bulan ramah, aroma dusta, malaikat biru hitam hati, luka kaca, mata lupa, dan lain-lain.
Langkah ketiga mengembangkan kata-kata yang tersusun acak menjadi larik-larik yang menarik dalam puisi.Seorang penyair memiliki kebebasan dalam membuat susunan larik yang tidak terikat oleh sintaksis kebahasaan secara umum. Contoh: // Aroma luka bermuara pada/ mata mata hati dan mata kata/ mata luka karna dusta menata/ juga alpa meraja//
Langkah keempat yaitu memperhatikan subject matter (pokok persoalan) yang sudah tertuang dalam larik-larik puisi. Pokok persoalan yang diangkat dalam larik-larik tersebut dapat menunjukkan hal-hal apa yang dibicarakan/ terdapat dalam bait itu. Langkah kelima yaitu menentukan larik-larik yang mempunyai nuansa sama, berdekatan, memiliki jalan pikiran yang runtut, sehingga kalau larik-larik yang dirangkai itu akan menjadi sebuah puisi yang mempunyai cerita runtut, mempunyai amanat, serta memiliki tema.
Langkah keenam, menentukan tipografi puisi yang akan dibuat. Tipografi ini dapat dibuat seperti bentuk yang menyerupai huruf, gambar, binatang, garis, dan lain-lain. Tentu saja pilihan tipografi ini akan mendukung serta memperkuat terhadap makna puisi yang dibuat.
Langkah ketujuh yaitu memilih judul.Judul yang dipilih hendaknya dapat representatif dan menarik.Selain itu, judul puisi hendaknya mempunyai daya bayang, daya rangsang, dan daya kenang yang mendalam. Tanpa memperhatikan unsur tersebut, sulit untuk mengakategorikan  apakah puisi yang sudah dibuat tergolong puisi yang menarik atau tidak.
Rekomendasi Bahan Bacaan dan nama-nama penyair Indonesia:

·         Puisi karya Mustofa Bisri
·         Puisi karya Emha Ainun Nadjib
·         Puisi karya Sapardi Djoko Damono
·         Puisi karya Chairil Anwar
·         Puisi karya W.S Rendra
·         Puisi karya K.H Mustofa Bisri (Gus Mus)
·         Puisi karya Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
·         Puisi karya Acep Zam Zam Nor
·         Umbu Landu Parangi
·         Sutardji Coulzoum Bachri
·         D Zawawi Imron
·         Afrizal Malna
·         Amir Hamzah
·         Ahmadun Yosi Herfanda
·         Hanna Fransisca
·         Dewi Lestari (dee)
·         Nadham Cinta & Suluk Senja Dimas Indiana Senja (mas Dim)
·         Seribu Doa di Pelabuhan Waktu Aulia Nur Inayah (kak Aul)
·         Buku Berkenalan dengan Puisi
·         Dan lain-lain.



Bergabung di group atau fans page kepenulisan:
·         Sastra Minggu
·         Komunitas Negeri Poci
·         Oase Pustaka
·         Meta Kata
·         Penerbit Hanami
·         Puisi Menolak Korupsi
·         Memo Penyair
·         Tifa Nusantara
·         Lentera Sastra
·         Forum Aktif Menulis
·         Asrifa
·         Penerbit Oksana
·         Komunitas Bisa Menulis
·         Dan lain-lain

Cerpen dan Novel
Bahan ajar berikut ditulis dengan tidak formal, tidak memenuhi kaidah penulisan modul, dan tidak memperhatikan EYD. Tetapi modul ini ditulis dengan penuh semangat dan kasih sayang kepada adek-adekku yang sedang belajar menulis seperti saya. Saya menulis ini bukan karena saya hebat, tapi karena saya lebih berpengalaman saja. Jadi akan saya bagikan pengalaman saya kepada adek-adek sekalian.
A.      Perbedaan Cerpen dan Novel
Cerpen dan novel berasal dari satu genus, tetapi berbeda spesies. Sama-sama dalam bentuk narasi atau cerita, tetapi berbeda dalam gaya penyampaiannya. Mempunyai unsur-unsur intrinsik yang sama, tapi agak berbeda dalam penerapannya. Meski antara novel dan cerpen mempunyai banyak kesamaan, dalam modul ini tidak akan membahas ke arah sana, tapi lebih kepada perbedaannya. Kenapa? Karena banyak penulis pemula yang salah kaprah ketika menulis cerpen atau novel. Ketika menulis cerpen, tetapi menggunakan gaya bahasa novel. Bahkan terkadang seperti puisi. Termasuk saya juga berpengalaman dengan hal tersebut. Tidak tanggung-tanggung, saya terjebak dalam kesalah kaprahan yang parah itu selama hampir 1 tahun. Jadi saya tidak ingin hal yang sama terjadi kepada teman-teman atau adik-adikku tercinta yang sedang sungguh super duper sangat bersemangat sekali menulis nantinya tersesat seperti saya. Saya ingin dari awal teman-teman atau adik-adik tercinta shiratal mustaqim, berada di jalan yang lurus dan benar.
Apa saja perbedaan antara cerpen dan novel? Yuk,,, check it out :
Eh, tapi sebelumnya dipending dulu perbedaannya. Mari kita mengenal lebih dalam terlebih dahulu tentang unsur-unsur intrinsik atau unsur-unsur pembangun cerita.
1.       Tema
Tema adalah hal pertama yang harus kita pikirkan. Kita tidak bisa menjalankan cerita tanpa tema. Jangankan cerita, bahkan menentukan judul saja tidak bisa. Tema adalah permasalahan utama yang menjiwai seluruh cerita/karangan. Tema dapat ditemukan dengan mengidentifikasi konflik yang terdapat dalam cerita tersebut. Tema biasanya dirumuskan dalam kalimat/pernyataan yang singkat & padat.
Misalnya :
Tema : percintaan, kehidupan sosial, lingkungan hidup, agama, dsb.
2.       Setting atau latar
Adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang/tempat, dan suasana terjadinya lakuan/peristiwa dalam cerita. Hati-hati dengan bagian ini. Sebaiknya kita dalam menentukan setting jangan terlalu percaya pada imajinasi kita. Karena kemampuan imajinasi kita untuk menciptakan sebuah tempat, waktu, dan suasana pastilah terbatas. Kombinasikan antara realita dan imajinasimu. Contoh kalau kita akan membuat cerita horor, kita mengambil setting tempat rumah kosong. Bayangkan rumah kosong yang pernah kita lihat atau bisa juga kita mencari rumah kosong kemudian mengunjunginya demi mendapat setting yang kuat. Jika tidak mau repot kita bisa mengambil rumah kita sebagai setting cerita. Di sinilah kita bisa mengkombinasikannya dengan imajinasi. Bayangkan saja rumah kita banyak sarang laba-laba, warna catnya sudah pudar, sebagian lampu mati dan sebagian redup, terkadang juga berkedip-kedip.
3.       Sudut pandang
Adalah posisi pengarang dalam ceritanya. Bisa jadi ia menjadi tokoh dalam ceritanya tersebut (pengarang berada di dalam cerita).
Namun, bisa juga dia hanya menjadi pencerita saja (pengarang berada di luar cerita).
Sudut pandang dibagi menjadi tiga, yaitu :
·         Sudut pandang orang pertama
·         Sudut pandang orang ketiga
·         Sudut pandang campuran

a.       Sudut pandang orang pertama
Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu). Salah satu ciri sudut pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti ‘aku’ dalam cerita. Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut pandang akuan.
b.      Sudut pandang orang ke tiga
Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita. Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya seperti dalang atau pencerita saja. Ciri utama sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti ‘dia’ atau ‘nama-nama tokoh’. Oleh sebab itu, sudut pandang ini disebut pula sudut pandang diaan.
Sudut pandang orang ketiga terbagi menjadi dua yaitu :
·         Sudut pandang orang ketiga serba tahu (pengarang mengetahui segala tingkah laku, perilaku, keadaan lahir dan batin tokoh cerita).
·         Sudut pandang orang ketiga terarah (pengarang hanya sebatas mengetahui kondisi lahiriah dari para tokohnya).
c.       Sudut pandang campuran
Yaitu pengarang menceritakan tokoh melalui lebih dari satu sudut pandang/lebih dari satu tokoh. Untuk lebih memahami sudut pandang ini, Silahkan baca novel Taufiqurrahman Al-Azizy yang berjudul Kitab Cinta Yusuf Zulaikha. Di perpustakaan ndalem ada. Saya juga punya, seilahkan boleh pinjam.
4.       Tokoh
Adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan (memiliki sifat/watak) di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan peranannya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh utama, tokoh pembantu, dan figuran. Sedangkan berdasarkan wataknya, tokoh dibagi menjadi tiga yaitu tokoh protagonis (tokoh baik), tokoh antagonis (tokoh jahat), dan tokoh tritagonis (tokoh penengah)
5.       Penokohan
Adalah cara pengarang dalam menyajikan/menggambarkan watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Penokohan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu :
·         Penokohan secara langsung (analitik)
·         Penokohan secara tidak langsung (dramatik)
a.       Penokohan secara langsung
                Artinya pengarang secara langsung menjelaskan watak/citra dari tokoh tersebut dengan kata-kata. Misalnya bahwa tokoh A adalah orang yang cerewet dan suka mengadu domba. Atau bahwa fisik tokoh B adalah cantik, rambutnya hitam tergerai, dsb.
b.      Penokohan secara tidak langsung
                Artinya penggambaran `watak/citra tokoh dilakukan secara tersamar.
Pada penokohan jenis ini, pembaca bisa menyimpulkan watak seorang tokoh dari :
·         pikiran tokoh
·         dialog/ucapan tokoh
·         tingkah laku/tindakan tokoh
·         lingkungan sekitar tokoh
·         reaksi/tanggapan dari tokoh lain
·         keadaan fisik tokoh

6.       Alur atau plot
                Adalah rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita.
Sebuah cerita sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab -akibat. Misalnya karena ada peristiwa 1 (pacarnya lari) maka akibatnya terjadilah peristiwa 2 (tokoh A frustasi). Jalinan itu yang dinamakan alur/plot.
·         Alur maju (alur lurus)
Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis)
·         Alur mundur (alur flashback)
Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back)
·         Alur campuran (maju-mundur)
Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.


Alur cerita dalam cerpen maupun novel dapat dipetakan sebagaimana gambar berikut ini :

7.       Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Sebenarnya tanpa kita menentukan pesan yang ingin kita sampaikan, tanpa sadar kita telah menyelipkan pesan kepada pembaca melalui tulisan kita. Pesan tercipta dengan sendirinya ketika kita membuat konsep cerita. Namun sangat alangkah baiknya kita menyampaikan pesan kepada pembaca secara sadar. Karena biasanya pesan yang secara sadar kita selipkan ke dalam cerita akan lebih mengena di hati pembaca.
Akhirnya kita sampai pada perbedaan antara novel dan cerpen :
No
Unsur
Novel
Cerpen
1
Alur
Kompleks (mengandung beberapa unsur yg pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan
Sederhana
2
Konflik
Mengubah nasib tokoh
Tidak mengubah nasib tokoh
3
Panjang cerita
Menceritakan sebagian besar kehidupan tokoh
Mencertiakan kehidupan tokoh yang dianggap penting
4
Penokohan
Karakter tokoh disampaikan secara mendetail
Karakter tokoh tidak diceritakan secara mendetail

Untuk bisa lebih memahami tabel di atas, mari kita protoli satu persatu.
1.       Cerpen yang sederhana VS Novel yang banyak tingkah
Langsung ke contoh. Karena saya yakin orang lebih mudah mencontoh dari pada berusaha memahami. Buktinya banyak yang suka mencontek dari pada belajar (yang ngrasa ga usah jengkel lantas ga mau lanjutin baca. Saya aja yang ngrasa mau lanjutin nulis modul ini. hehe).
Misal, seorang anak desa yang bermimpi menjadi astronot (cita-citaku dulu. Ga sadar diri benget. Wkwk). Untuk bisa meraih cita-cita anak itu harus sekolah yang tinggi. Jika gagasan ini dinovelkan maka cerita yang tersaji adalah mulai dari anak ini menyatakan mimpinya, kemudian melanjutkan sekolah terhalang biaya, begitu bisa sekolah tinggi dan berniat kuliah ke jenjang yang berkaitan dengan astronot, tapi ternyata Indonesia tidak punya pengembangan pesawat antariksa. Tidak ada jalan lain selain kuliah ke luar negeri yang mana adalah kemustahilan yang nyata baginya. Akhirnya dia menjadi penulis dongeng tentang luar angkasa dengan makhluk-makhluk yang dia bayangkan sendiri.
Berbeda jika kisah anak itu diceritakan dalam bentuk cerpen. Misal, hanya menceritakan pertengkaran anak tadi dengan orang tuanya karena berbeda prinsip. Si anak kekeh sekolah, tetapi orang tuanya kekeh tidak akan menyekolahkan anaknya karena miskin.
2.       Nasib tokoh dalam cerpen VS nasib tokoh dalam novel
Pada cerpen nasib tokoh tidak berubah gara-gara konflik yang dia alami. Namun pada novel konflik yang dialami tokoh menyebabkan perubahan nasib pada tokoh. Kita menggunakan contoh yang sama dengan contoh di atas. Pada novel, tokoh anak tadi mengalami perubahan nasib. Dari anak orang miskin menjadi penulis dongeng. Jika dalam cerpen anak tersebut nasibnya tidak berubah. Contohnya anak tersebut bertengkar dengan orang tuanya tentang melanjutkan sekolah. Pada akhirnya anak itu tidak sekolah dan masih miskin.
3.       Cerita pendek VS cerita panjang (disingkat novel)
Sangat jelas letak perbedaannya. Tapi akan saya jelaskan lebih jelas lagi agar kalian lebih jelas dalam memahami sesuatu yang sebenarnya sudah jelas ini. jika cerpen menceritakan tokoh hanya pada suatu waktu tertentu (sehari, dua hari, seminggu. Yang jelas tidak sampai bertahun-tahun ya), sementara novel bisa menceritakan tokoh dari remaja sampai dia dewasa dan menikah.
4.       Karakter tokoh cerpen VS karakter tokoh novel
Jika cerpen tidak akan mendeskripsikan tokoh dari ujung rambut sampai ujung kepala. Sedangkan novel biasanya diceritakan dari ujung rambut sampai ujung kepala. Tapi tidak sampai ke dalam-dalam loh yah. Eh,,lupakan! Bahkan dalam novel deskripsi rambut disebutkan kriting tidaknya, warnanya, panjangnya, dll. Kalau cerpen tidak perlu sedetail itu. Hal yang sama juga berlaku dalam menampiilkan karakter tokoh.
                Untuk membuat sebuah novel memang perlu belajar lebih ulet ketimbang menulis cerpen. Namun pada modul ini tidak akan dibahas mengenai bagaimana menulis novel, soalnya bakal panjang lebar. Selain itu sebenarnya sudah ada modul khusus yang membahas novel. Modul itu dari penerbit Kaki Langit Kencana. Bagi teman-teman yang ingin mengkopinya silahkan, hubungi senior-senior di pondok pena.
B.      Sedidkit tips dan trik menulis
Langkah-langkah membuat cerpen :
 Ketika kita akan membuat cerpen pertama-tama yang paling kita buat adalah konsep cerita. Membuat konsep cerita gampang. Buatlah konsep cerita kita atau garis besar cerita dalam beberapa kalimat/paragrap dengan berpedoman pada segi tiga cerita.
Setelah konsep jadi, kita tinggal mengembangkannya menjadi cerita utuh. Sangat gampang bukan? Dengan adanya konsep awal tadi, kita jadi tidak akan mengalami kebuntuan dalam mengembangkannya menjadi cerita utuh. Tidak seperti ketika kita langsung membuat sebuah cerita utuh tanpa bantuan konsep awal sebagai patokan. Walau pun bagi penulis-penulis yang sudah hebat yang seperti itu biasanya tidak mereka pakai, tapi biasanya para penulis hebat menggunakan cara itu di awal perjalanan kepenulisannya. Jangan lupa, penulis profesional pasti pernah menjadi amatir sebelumnya.
Teknik dasar menulis cerita
Show don’t tell

Cara Maggie Menyampaikan Moral Cerita Tanpa Memberitahu Pembaca (Resensi Novel Winter Dreams)
by Anto Dachlan


Bagaimana jika saya katakan ada sebuah novel yang bisa mengajari anda teknik menulis show, don’t tell.
Dan novel itu adalah Winter Dreams (Gramedia Pustaka Utama, 2010), karya Maggie Tiojakin.
Benar.
Winter Dreams – diluar isinya – menunjukkan kepada anda cara menggunakan teknik menulis ‘tampilkan, jangan katakan’ yang sebenarnya.
Mari kita lihat.
Sekilas Tentang Show, Don’t Tell
Tampilkan, jangan katakan
Hampir semua penulis fiksi mengetahui prinisp ini. Tapi menerapkannya itu soal berbeda.
Termasuk jika memahami penggunaannya secara parsial. Misalnya terbatas pada visualisasi karakter.
Contohnya seperti ini :
Versi mengatakan :
Ia tampak seperti putri kerajaan Eropa.
Versi menampilkan :
Perempuan berambut pirang dan bermata kehijauan…… Tubuhnya kurus dan dilapisi jas overcoat yang terbuat dari kulit dengan kerah tebal berbulu. Ia juga mengenakan sepasang sarung tangan dan sepatu boot.
(Walau untuk kasus ini, Maggie juga menggunakannya dengan baik – seperti contoh diatas).
Tapi anda mesti ingat…
Penerapan Teknik Show, Don’t Tell Dimaksudkan Untuk Keseluruhan Cerita
Khususnya dalam usaha menyampaikan moral cerita kepada pembaca.
Penulis dituntut menampilkan moral cerita ketimbang mengatakannya lansung.
..Dan salah satu caranya yaitu dengan memakai Teori Gunung Es Ernest Hemingway.
1/8 fakta-fakta keras melayang di atas air. Sementara 7/8 bagian cerita berupa struktur pendukung, lengkap dengan simbolisme, berada jauh di kedalaman.
Sebagai perbandingan…
Anda bisa melihat contoh buruk penyampaian moral cerita pada jenis sinetron religi di  televisi.
Lazimnya sinetron religi berupaya menyampaikan moral cerita dimana kebajikan pasti menang melawan kejahatan.
Biasanya anda akan menemukan penulis skenarionya -melalui mulut karakter- memberikan petuah kebenaran di sekujur tayangan.
Dan diakhir cerita..
Sosok karakter berjubah dan bersorban dan berjenggot kerap muncul, memberi nasehat tentang kebenaran kepada penjahat – yang akhirnya bertobat setelah mendengar petuah tersebut.
Begitu gamblang pembaca menyaksikan moral cerita mengambang diatas permukaan.
Sekarang…
Mari kita lihat versi menampilkan, seperti…
Cara Maggie Melakukannya Dalam Winter Dreams
Melalui tokoh Aku (Nicky), Maggie ingin menyampaikan kepada pembaca mengenai makna cinta sejati -perjalanan Nicky selama semusin di Boston, USA, hanya kemasan.
Tapi Maggie tidak pernah mengatakan kepada pembaca mengenai arti cinta sejati baik melalui narasi, dialog atau pikiran karakternya.
Maggie memilih menyembunyikan moral dibalik cerita.
Untuk memahami makna cinta sejati, Maggie justru mengajak pembaca membandingkannya dengan yang bukan cinta sejati.
Jadi alih-alih bercerita tentang hubungan Nicky dengan Natalie, Maggie lebih banyak menyoroti jalinan asmara Nicky dengan Polina, kemudian dengan Esme.
Disisi lain..
Nicky digambarkan tidak menyadari kalau sebenarnya dia mencintai Natalie..sahabatnya sekaligus istri dari sahabatnya, Dev.
Namun dengan membandingkan kisah ‘’cinta semu’ Nicky dengan Polina & Esme, pembaca jadi mudah memahami makna cinta sejati Nicky kepada Natalie.
Baik, Anda Mungkin Bertanya
Bagaimana pembaca bisa tahu kalau itu cinta sejati ?
Apalagi Maggie sendiri menunjukkan karakter Nicky tidak menyadari dirinya mencintai Natalie ?
Disinilah teknik show don’t tell bermain.
Menampilkan Lewat Adegan
Tidak sekalipun Maggie mengatakan, baik melalui ucapan atau pikiran Nicky, tentang perasaannya terhadap Natalie.
Maggie memakai adegan demi adegan untuk menampilkan gambaran cinta sejati yang dirasakan Nicky terhadap Natalie.
Berikut antara lain penggalan adegannya :
Nicky bersama Artin, mentor menulisnya – Hal. 234
“ Oh, aku turut menyesal.”
“Kenapa?”
“Kukira..”
“Kami hanya teman.”
Artin mulai mengunyah, mulutnya penuh“Right.”
Nicky bersama Reno, sahabatnya – Hal. 267
“Sudah berapa lama kau menaruh hati pada istri sahabatmu ?’
“Apa?”
“Ayo jujur.”
“Kau tahu aku tinggal bersama esme,”kataku.
Nicky bersama Esme, pacar keduanya – Hal. 270
“Kau mempermalukan aku dihadapan teman-temanmu,” katanya tegas. “ dan lebih parah lagi kau melakukannya hanya untuk—“
…………..
“Hanya untuk menarik perhatian dia..”
Nicky bersama Natalie di pertemuan terakhir mereka – Hal. 285
Natalie menggengam tanganku terlalu erat. “Come inside. We’ll celebrate. I’m freezing.”
“ I should get going.”
“Nicky…”
Lihat.
Tidak ada pemberitahuan tentang makna cinta sejati.
Yang ada hanya adegan demi adegan antara Nicky dengan seluruh karakter dalam cerita..
Sementara makna cinta sejati -moral cerita- dengan segala simbolnya mengendap jauh dikedalaman.
Tapi pembaca dengan mudah menelusuri jejak demi jejak dari setiap adegan kemudian merangkumnya sendiri.
Benar..
Pembaca bisa menangkap bagaimana Nicky akhirnya menemukan makna cinta sejati pada sosok Natalie, hanya melalui adegan-adegan yang ditampilkan Maggie.
..Dan bukan karena Maggie mengatakannya lansung kepada pembaca.
Mengembalikan Kedaulatan Pembaca
Sekarang ini kebanyakan karya fiksi menggurui pembaca.
Pembaca tidak lagi menemukan kemewahan menginterpretasi cerita karena intervensi penulis  –> Click to Tweet
Padahal, menangkap moral cerita mestilah hak pembaca.
Tapi Winter Dreams adalah pengecualian.
Novel ini berbeda karena kemampuan Maggie Tiojakin menggunakan teknik show don’t tell.
Anda juga bisa mencobanya saat membuat novel atau cerpen anda sendiri.

Cara Menulis Cerita Pendek Yang Bisa Anda Pelajari Dari Kumcer Ernest Hemingway
by Anto Dachlan
Nah, sekarang kita akan meresensi salah satu kumpulan cerpen terbaik Ernest Hemingway.
The Fifth Column (Angkatan Kelima).
” Pada jaman dulu mereka menulis betapa manis dan terhormat orang yang mati demi negaranya. Tapi dalam perang modern kematianmu tidak lagi manis dan terhormat. Seperti seekor anjing kau akan mati tanpa alasan yang jelas.. (Notes for the Next War, Ernest Hemingway) “
Melalui 3 baris kalimat notes-nya diatas, Ernest Hemingway mencoba mengidentifikasi makna perang di era modern sebagai latar 1 karya drama, dan 4 cerita pendek mengenai kehidupan manusia dalam bukunya ini.
Bagi yang pernah menonton film bersetting perang semacam Brave HeartLord of The RingThe Last Samurai, maka bersiaplah untuk kecewa saat membaca buku kumpulan cerita pendek ini.
Anda takkan menemukan seorang pun pahlawan didalamnya.
Perang yang ‘seharusnya’ mengisahkan tokoh pejuang, pemberani, ditangan Hemingway malah diisi oleh para penakut, pengecut & pengkhianat sebagai tokohnya.
Tapi disinilah kekuatan utamanya.
Peraih Nobel Kesusateraan tahun 1954 ini membawa kita hadir ditengah kancah Perang Sipil Spanyol tahun 1937 untuk menyaksikan betapa perang hanya semata aktivitas saling membunuh antar manusia. Tak kurang, tak lebih.
Tema Besar dalam Gambaran Kecil
Pada cerpen PENGADUAN (Hal.161-183), tokoh Aku (sudut pandang orang pertama subjektif) bersama seorang Waiter Bar terjebak dalam konflik bathin.
Keduanya terpojok pada keharusan mengadukan seorang kawan lamanya (Luis Delgado) yang dalam perang tersebut berdiri dipihak lawan mereka.
Tokoh Aku dan Waiter bar diawal cerita saling mengharap dan menekan satu sama lain untuk memikul tanggung jawab mengadukan Lusi Delgado pada markas polisi pemerintah.
Mereka pada satu sisi terbebani dengan keberanian Luis Delgado yang hadir di Bar tersebut yang notabene berada dalam wilayah demarkasi mereka.
Disisi lain mereka tidak mau dianggap berkhianat karena tidak melaporkan keberadaan sang musuh tersebut kepada polisi.
Dengan cara bertutur yang kuat dan cepat khas Hemingway kita juga disodori oleh deskripsi Bar Chicote’s sebagai latar tempat.
Meminjam Bar tersebut, Hemingway menelanjangi sisi kemanusiaan kita yang cenderung tidak masuk diakal. Bagaimana para pengunjung bar yang baru saja membunuh dipagi hari atau mereka yang dijadwal untuk maju ke garis depan esoknya bisa terlibat dalam pembicaraan dengan topik-topik ringan khas obrolan antar tetangga di waktu damai.
Bagaimana seorang Luis Delgado yang berani mengambil resiko mati dengan pergi ke Bar tersebut yang berada dalam wilayah kekuasaan lawannya, hanya untuk memenuhi hasrat manusiawinya; yaitu bertemu dan bercengkerama dengan sahabat-sahabat lamanya.
Inilah pesan yang ingin disampaikan oleh Ernest Hemingway.
Perang bagaimanapun ganasnya tak mampu membunuh sisi-sisi kemanusiaan seseorang sebagai homo socius.
Dan pada akhir cerita, tokoh Aku menelpon polisi yang akhirnya menangkap Lusi Delgado, Memintanya memberitahu Luis Delgado bahwa dialah (Aku), sahabat lamanya yang mengadukannya.
Tokoh Aku ingin menegaskan bahwa dia –sebagai sahabat- masih punya sisi kemanusiaan yaitu, Rasa Bertanggung jawab.
Di 3 Cerpen berikutnya; Kupu-kupu dan Tank, Malam Sebelum pertempuran, Di atas Punggung Bukit, Hemingway kembali menggunakan sudut pandang tokoh Aku dalam melukiskan konflik-konflik kecil para tokoh ceritanya sebagai media penyampaian pesan.
Konflik kecil yang seolah tak ada artinya dihadapan perang besar dimasa itu justru diolah sebagai tema besar dalam mendefinisikan makna sejati perang itu sendiri.
Show Don’t Tell
Buku yang isinya ditulis tahun 1937 ini sebenarnya sangat cocok bagi para penulis pemula yang hendak belajar menulis fiksi.
Hemingway mengajar kita teknik menggiring pembaca seolah hadir sendiri dalam latar waktu & tempat terjadinya peristiwa.
Kalimat singkat, paragraf singkat, kalimat aktif & positif. Itulah 3 rumus dasar Hemingway dalam menulis cerpen.
Anda juga bisa meniru cara dia menyisipkan pesan/moral cerita secara tersirat.
Hemingway tidak menaruh pesan secara kasar & amatir lewat tuturan dialog atau di ending cerita sebagaimana kebiasaan banyak penulis sekarang.
Dia justru menyisipkannya secara halus dan hati-hati, tersebar merata pada semua paragraf dengan jalan menunjukkan (Show), bukan mengatakan (Don’t Tell).
Pembaca akan terkejut dengan kecerdasannya sendiri, saat berhasil menemukan pesan/moral cerita begitu selesai membaca tanpa merasa digurui oleh si pengarang.
Tak salah kalau Erza Pound menyebut Ernest Hemingway sebagai ‘Penulis prosa dengan gaya terbaik di dunia’.
The Fifth Column ( Angkatan Kelima). Penerjemah Ahmad Najib, Abd. Mukhid. Penerbit Pedati, Pasuruan. Cetakan I, Agustus 2003. Tebal Buku : 293 hal

Contoh cerpen Koran kompas
Dokter Isman
Post: 09/20/2002 Disimak: 326 kali
Cerpen: Wilson Nadeak
Sumber: Kompas, Edisi 01/13/2002
KEPADA kawan-kawan dan pasiennya yang akrab dengannya, dokter Isman selalu memberi resep sebagai berikut. Jangan sekali-sekali menulis pesan penting. Jangan membuat catatan dari rapat yang Anda hadiri. Jangan menuliskan nama di dalam daftar hadir. Jangan membuat surat yang panjang maupun pendek yang isinya mengenai janji, pengalaman hidup dan kesaksian mengenai sesuatu. Jangan memasang telepon di rumahmu jika kau ingin tenang dan tidak diganggu orang. Jangan gunakan handphone karena itu selalu menghambat perjalananmu dan membuat engkau berada di bawah pengaruh orang lain. Rencanamu akan terganggu karena orang lain memberi sugesti kepadamu.
Masih ada sejumlah "jangan" lain yang disarankan dokter Isman. Kawan-kawan karibnya manggut-manggut mendengar "resep" yang tidak lazim itu. Ia bukannya memberikan resep atau obat, tetapi sebuah nasihat. Namun kawan-kawannya senang bergaul dengannya. Pasien-pasiennya banyak. Perawat yang membantunya selalu kewalahan mengatur waktu. Sampai jauh malam, pasien selalu berdatangan, mulai dari golongan atas sampai kepada golongan bawah. Dokter Isman tidak memasang tarif. Ia membiarkan pasien membayar sesuai dengan kemampuannya. Ia memberi resep obat generik, jarang antibiotik. Bahkan, sebagian pasien membayar dengan hasil tanamannya, membuat perawat yang membantunya agak bingung, mau diapakan hasil tanaman itu. Tetapi dokter Isman senyum-senyum saja.
Waktu ia mahasiswa kedokteran, kerapkali ia harus menjual minyak tanah keliling Ja-karta, dengan kereta roda. Ia pakai topi agar sengat Matahari Jakarta tidak membuat kulit wajahnya gosong. Ia tidak pulang ke rumah sebelum semua minyak tanahnya laku. Kadang-kadang ia bermalam dekat warung pinggir jalan, dan subuh pulang kemudian kuliah. Waktu tamat dari fakultas kedokteran, ia ditempatkan di sebuah pulau di Indonesia bagian timur sebagai dokter inpres. Bertahun-tahun ia berbakti di pulau terpencil itu. Seorang kawannya, dokter wanita yang masih muda yang penuh antusiasme, meninggal dunia karena terserang penyakit malaria. Sulit sekali mencari obat di sana. Obat-obat bantuan LSM tertentu banyak yang digunakan untuk mengobati penduduk yang jauh terpencil di pedalaman. Ia harus mengajari penduduk agar menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi penyakit. Honor inpresnya dipakai untuk membeli obat.
Kerapkali ia tidur di gubuk petani dan makan seadanya. Malam-malam tanpa lampu itu ia mengenangkan kembali kampung halamannya. Ia tidak bisa menghalau bayangan ayahnya yang pada suatu hari didatangi orang yang tidak dikenal. Ayahnya dijemput dari rumah, dan tidak pernah kembali. Waktu ia masih duduk di SD kelas dua. Ia tidak mengerti mengapa. Tetapi samar-samar ia mendengar penjemput ayahnya membentak ibunya, bahwa ayahnya terdapat dalam daftar nama pengikut organisasi terlarang. Ia tidak mengerti apa itu "organisasi terlarang". Ketika itu banyak orang berbicara atas nama "rakyat". Setahunya, ayahnya hanyalah petani kecil, petani yang hanya mengandalkan hidupnya dari sepetak ladang dan sebidang sawah yang diwarisi dari orang tuanya.
Sejak kepergian ayahnya, ibunya sering tengah malam terbangun dan menangis. Ketika ia terbangun, ibunya mengelus-elus kepalanya. "Tidurlah, Nak!" "Mengapa Ibu menangis" "Tidak apa-apa," jawab ibunya sambil menyelimuti tubuhnya dan kedua adiknya perempuan yang masih kecil.Subuh sekali, ibunya sudah menanak nasi, menyiapkan makanan di atas meja-sedikit nasi, ubi jalar, ikan asin dan sayur-lalu berangkat ke sawah. Ia memberi makan adiknya dan kemudian ia pergi berjalan kaki ke sekolah.
Ketika tamat dari SMP, seorang adik bapaknya yang bekerja di Jakarta memerlukan orang menjaga rumah dan anak-anaknya. Ia dipanggil dengan janji akan disekolahkan. Di rumah pamannya ini, ia harus bekerja keras, memandikan saudara sepupunya, memberi mereka makan dan menyertai mereka ke sekolah. Petang hari ia sekolah di SMA sampai ia tamat dan diterima di sekolah kedokteran.
***
TIGA tahun ia melaksanakan tugas sebagai dokter inpres. Ia bertugas dari sebuah pulau ke pulau lainnya, mengobati orang-orang yang tidak mampu membayar obat. Kebeberangkatannya dari pulau terpencil itu ditangisi penduduk setempat. Ia sendiri merasa sedih meninggalkan mereka. Namun, ia menyadari bahwa pelayanannya harus ditingkatkan melalui perkembangan ilmu pengobatan. Ia ingin meningkatkan pengetahuannya di bidang medis. Ia mengambil spesialisasi jantung.Ibunya dari kampong halaman mengirim surat kepadanya, isinya, agar ia segera menikah. Jika ia tidak menemukan jodoh di kota, ibu bersedia mencarikan calon menantunya. Surat itu membuat hatinya agak trenyuh. Selama ini ia kurang memperhatikan calon istri. Di Jakarta ia memang buka praktik sebagai dokter umum sementara kuliah lanjutan. Tapi anehnya, ia membalas surat ibunya dengan singkat: Ibu, aku mengasihimu seperti diriku sendiri. Kalau bisa, biarlah kedua adikku ibu kirimkan ke Jakarta, tinggal dengan aku. Kalau bisa, aku akan menyekolahkan mereka ke sekolah perawat, sekolah itu memberi jaminan pekerjaan hidup dan masa depan mereka. Ibunya datang dengan kedua adiknya. Adiknya yang bungsu masih di SMA dan adiknya yang lebih besar dimasukkannya ke sekolah perawat. Ibunya tinggal bersama-sama dia beberapa bulan, lalu pamit, pulang. Ia selalu berbicara mengenai sawah dan ladang yang ditinggalkan, lagipula Jakarta terlalu panas baginya. Di seberang, kampung halamannya, udara pegunungan agak segar.Dua tahun kemudian, ia mendapat berita dari kampung halaman, surat kilat dari kerabat dekatnya yang memberitahukan bahwa ibunya kerapkali pingsan. Ia pulang sebentar karena spesialisasinya sudah selesai. Ditemukannya ibunya berbaring di atas divan.
"Aku datang, Bu," kata dokter Isman."Dekatlah ke mari, Nak," kata ibunya dengan suara pelahan. "Penyakit jantungku kumat, Nak.""Oh," kata Isman terkejut. "Sejak kapan Ibu merasa sakit jantung?""Dokter di Puskesmas mengatakannya begitu, Nak. Bila dada sesak, rasanya hampir mau ma-ti, Nak."Ia memegang pergelangan tangan ibunya. Menghitung denyut jantungnya. Kemudian ia mencoba mendengar denyut jantung ibunya dengan alat yang ditaruh di atas dada. Ia geleng-geleng kepala. Segera diangkatnya ibunya ke beranda depan agar udara lebih leluasa. Ia minta bantuan beberapa orang tetangga untuk mencari angkutan untuk membawa ibunya ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit, ibunya dimasukkan ke ICU. Beberapa hari bersama dokter rumah sakit itu mencoba menyelamatkan nyawa ibunya, te-tapi denyut nadi itu dan grafik getaran di layar tv tak lagi beraturan. Getaran itu semakin mendatar dan mendatar. Ia menyadari bahwa ajal ibunya sudah semakin mendekat. Ketika jantungnya sama sekali berhenti berdetak, ia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, dan menangis terisak-isak.
Dokter-dokter, para perawat yang telah turut berjuang berusaha menyelamatkan nyawa ibunya, tertunduk. Mereka melihat jenazah yang sudah tidak bernyawa di depan mereka, ibu rekannya.Setelah beberapa hari penguburan, ia kembali dengan pesawat ke Jakarta. Ia pulang dengan murung. Ia merasa amat berdosa, mengapa ia baru tahu bahwa ibunya menderita penyakit jantung, kalau ia tahu, ia akan membawa ibunya ke Jakarta dan merawatnya sebelum parah betul. Sebagai dokter ahli jantung, ia merasa amat terpukul.
***
KEDUA adiknya yang perempuan sudah tamat, yang satu dari akademi perawat, yang bungsu dari akademi sekretaris. Perawat bekerja di rumah sakit sedangkan yang sekretaris menikah dengan pedagang. Kakaknya menikah dengan seorang tentara yang berpangkat letnan. Ia merasa bahagia karena kedua adiknya sudah berkeluarga. Gilirannya, entah kapan. Kedua adiknya berusaha menyebut beberapa nama gadis yang dikenal mereka dan abangnya, tetapi ia selalu menghindar."Abang mau menunggu siapa? Abang telah mengurus kami dan menyekolahkan kami. Mengapa Abang tidak memikirkan diri Abang sendiri?" kata yang perawat.Percakapan seperti ini sering terjadi antara mereka, juga dengan ipar-iparnya. Mereka merasa risau masa depan abang mereka yang sudah berusia di atas tiga puluhan. Jangan-jangan ia terlalu mempedulikan profesinya saja. Yang perawat merasa sedih tiap kali abangnya memberi bantuan kepadanya. Ia memang sering mengeluh karena gaji perawat yang tidak seberapa, dan gaji tentara yang tidak memadai untuk keperluan di ibu kota.
Dokter Isman tidak segan-segan memodalinya, yang sewaktu-waktu berjualan berlian."Pesanku kepada kalian," kata dokter Isman kepada adiknya dan iparnya yang tentara, "jangan sekali-kali terlibat soal utang-piutang! Jangan bangga dengan kartu kredit kalian!"Iparnya yang letnan berkata kepadanya, "Ya, Bang. Kami ingat itu. Tetapi yang kami rasa, Abang sebaiknya segera menikah agar ada yang mengurus Abang di rumah.""Bukankah hidup dokter susah? Siang-malam harus meninggalkan keluarga?" bantahnya."Abang melihat dokter lain berkeluarga juga, bukan?""Tentu!""Bagaimana kalau kami yang mencarikan calon untuk Abang?"Dokter Isman tersenyum. Ia tidak menjawab. Bulan berikutnya, istri letnan itu datang dengan seorang gadis lincah dan cantik. Gadis itu di-perkenalkan kepadanya. Satu-dua kali ia berkunjung ke rumah abangnya dengan gadis itu, dan sesudah itu, ia membiarkannya bertandang sendirian. Setengah tahun kemudian mereka menikah. Istri dokter Isman agak sulit juga menyesuaikan diri cara hidupnya. Ia tidak mau memasang telepon di rumahnya. Praktik dokter di rumahnya terlalu lama karena pasien yang telah mendaftar beberapa hari sebelumnya.
Daripada hidup bengong di rumah, ia mengajukan saran kepada suaminya agar ia membuka salon kecantikan. Dengan hati berat dokter Isman mengizinkan, dengan syarat, tidak boleh pulang sampai petang. Paling lambat pukul empat sore! Beberapa bulan berjalan, salon itu banyak dikunjungi orang. Beberapa pembantu istri dokter Isman sibuk dan merasa senang. Istri dokter tinggal mengawasi saja.Setahun kemudian, sekitar bulan Maret, sebuah surat kabar memuat berita pembunuhan. Seorang wanita telah ditemukan di ruang tengah sebuah rumah. Diduga wanita itu dibunuh secara sadis oleh pemilik rumah karena persoalan hutang piutang. Menurut pihak kepolisian, menurut pengakuan suami korban, istrinya mempunyai tagihan dengan yang mempunyai ru-mah. Rupanya yang empunya rumah memancingnya datang ke rumah dan kemudian memukulnya di belakang kepala dan menguburkannya di tengah-tengah kamar makan. Tampaknya pemilik rumah sudah merencanakan pembunuhan itu. Dokter Isman memperhatikan gambar itu. Gambar yang terpampang di samping berita. Ia duduk tersandar di ruang kerjanya. Ia kenal betul gambar itu. Adiknya yang perawat.
Jantungnya berdebar-debar. Ia keluar dari ruang kerjanya dan memberitahukan kepada perawat bahwa ia pulang. Sesampainya di pintu gerbang rumahnya, ia membuka pintu gerbang, mendorongnya. Pelahan ia memasukkan mobilnya ke halaman dan kemudian turun hendak menutup pintu. Tetapi ia tiba-tiba lunglai dan jatuh di depan pintu. Seorang tetangga me-lihatnya dan berlari mencoba  menolongnya. Ia berteriak sehingga tetangga yang lain ber-datangan. Seorang tetangga berlari ke wartel dan menghubungi istri dokter Isman. Setelah memberitahukan bahwa suaminya sedang pingsan dan dibawa tetangga ke rumah sakit, sang istri segera bergegas menyusul ke rumah sakit. Istri dokter Isman melihat para tetangga di depan, di ruang tunggu. Ia menyapa mereka dan menanyakan di mana suaminya. Semuanya diam tidak mampu berbicara. Ia bertanya pelahan dan airmatanya mulai berlinang-linang. Ia menyadari adanya sesuatu yang terjadi kepada suaminya. ia bergegas ke ruang kerja suaminya. Perawat memapahnya, menyuruhnya duduk."Bagaimana suamiku? Di mana dia?" tanyanya dengan suara terisakisak."Tenanglah, Bu. Ia ada di kamar." Nanti dokter kepala yang berbicara kepada Ibu.""Oh. Apa yang terjadi kepadanya?"Dokter kepala datang. Pelahan ia berkata, "Dokter Isman sudah tiada. Ia terkena serangan jantung."Istri dokter Isman jatuh pingsan. Beberapa waktu kemudian iparnya dan adiknya yang bungsu datang. Ketika ia siuman, ia menjerit-jerit. Ia memeluk suaminya yang terbujur di atas tempat tidur. Dalam teriak dan tangisnya ia berkata:Tuhan, mengapa Kau ambil suamiku! Ia begitu baik dan ganteng. Ia tidak pernah berbuat jahat kepada sesama. Tuhan, mengapa Kau cabut nyawanya? (Dan kepada dokter ia berkata)Dok, sembuhkan ia dokter! Tolonglah obati dia! Hidupkan dia,
dokter! Ooohhh, toloooong... (Ia jatuh pingsan lagi). Para tetangga mengurut dada.
Mereka berkeliling di sekitar jenazah yang kaku. Tak sepatah kata yang keluar dari mulut mereka.Mereka jualah yang bertanya sepulang dari kuburan: Mengapa orang baik cepat meninggal dunia?




Proses terjadinya banyak ide
Biasanya penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. Proses terjadinya ide itu sederhana. Ide adalah gabungan dari dua wawasan atau lebih. Contoh, penggabungan antara wawasan tentang sistem aerodinamis capung dengan wawasan tentang mesin. Maka terciptalah yang namanya Helly Copter. Sesederhana itu. Jadi, jika kalian ingin punya banyak ide, bahkan ide tanpa batas. Maka perbanyaklah wawasan kalian dengan membaca. Tidak terbatas hanya membaca sastra, tetapi juga wawasan-wawasan lain baik yang umum maupun yang khusus. Tempuh segala cara agar wawasan kalian bertambah. Dengan begitu kalian tidak akan kehabisan ide-ide baru. Pada akhirnya kalian dengan sendirinya membuang kalimat tidak ada inspirasi.
Jika ingin tulisannya baik, maka banyak-banyaklah membaca dan menulis. Jika ingin banyak ide, maka perbanyaklah wawasan.
Saya punya banyak artikel dan e-book bagus mengenai tulis menulis, bagi yang ingin meminta file-nya untuk dicetak dan dibaca silahkan hubungi saya. Bisa melalui e-mail herumly7@gmail.com atau lewat fb. Heru Mulyadi atau bisa juga lewat nomor hape saya di 08562641824. Saya juga melayani konsultasi apa pun terkait tulis menulis maupun kisah cinta kalian. Haha lupakan. Semuanya demi kalian, adek-adekku di Pondok Pena.
Kunjungi blog Komunitas Pondok Pena di kppannajah.blogspot.com ,   dan bergabung di group Fb: Komunitas Pondok Pena, selain itu saya juga merekomendasikan website indonovel.com Di sana banyak hal menarik yang bisa anda baca.
















DASAR-DASAR JURNALISTIK
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau“jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak. Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
a.       Jurnalistik Secara Konsep
1)      Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2)      Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
b.      Jurnalistik Secara Praktis
Jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.
*      Kode Etik Jurnalistik:
a.       Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
b.      Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
c.       Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
d.      Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
e.      Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
f.        Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
g.       Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
h.      Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
i.         Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
j.        Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
k.       Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

                Secara umum terdapat beberapa kegiatan jurnalistik, di antaranya: penulisan berita, teknik liputan dan teknik wawancara, teknik fotografi dan teknik layout.
1.       TEKNIK PENULISAN BERITA
Berita merupakan laporan peristiwa aktual yang pantas disampaikan kepada masyarakat karena memiliki nilai berita, sehingga bisa memberi manfaat bagi pembacanya.
*      Jenis Berita
Secara umum, berita dapat diklasifikasikan dalam dua jenis: Hard News & Soft News.
- Hard News : Merupakan jenis berita serius dan aktual tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat, seperti bencana alam, kebakaran, kriminalitas hingga kampanye politik dan pidato.
- Soft News : Merupakan jenis berita ringan dan lebih memberikan bobot pada human interest tanpa adanya keterikatan waktu (time less). Sebuah berita hard news yang memiliki dampak luas bagi masyarakat dan banyak orang ingin segera mengetahuinya sehingga berita itu memiliki nilai yang sangat tinggi bisa berubah menjadi breaking news. Contoh : berita awal tsunami di Aceh dan Nias, kematian Paus Paulus Yohanes II.
Baik hard news maupun soft news dapat bersumber dari pemaparan fakta-fakta yang tengah terjadi (factual news) atau juga dari apa yang dikatakan narasumber (talking news).
*      Nilai Berita:
a.    Bersifat luar biasa;
b.    Menyangkut orang banyak;
c.     Menyangkut nama, tempat, atau benda yang sudah sangat terkenal;
d.    Mengandung konflik;
e.    Mengandung unsur human interst.
*      Unsur Berita:
a.    What (apa) : peristiwa apa yang terjadi;
b.    Who (siapa) : orang-orang yang terlibat;
c.     When (kapan) : waktu peristiwa terjadi;
d.    Where (di mana) : lokasi kejadian;
e.    Why (mengapa) : bilamana peristiwa terjadi;
f.     How (bagaimana) : jalannya peristiwa.
*      Struktur Berita
a.       Judul Berita : dibuat menarik, mengundang rasa penasaran pembaca, mencerminkan isi berita, kata-kata yang digunakan tidak terlalu panjang
Contoh:
SBY: Pagi-pagi Saya Dimarahi (KOMPAS, 11 Juni 2010)
b.      Lead (Kepala berita)à fakta berita
Lead berupa focus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi.  Lead juga disebut pembuka berita yang memuat tentang keseluruhan atau inti berita.
Contoh Lead:
1)      “Tahun lalu kami memutuskan agar selama sebulan Piala Dunia bebas ‘event’ gereja sehingga rakyat tidak terganggu untuk menyaksikannya,” kata pendeta Cile Islando Bettin, kepada AFP, menyambut gempita gelaran di Afrika Selatan yang dimulai Jumat (11/6).  Demam piala dunia memang telah berjangkit ke seluruh dunia. (KOMPAS, 11/6).
2)      Hari Jumat ini, tepat pukul 14.00 waktu setempat atau pukul 19.00 WIB, gong ajang olahraga paling agung piala dunia itu ditabuh lewat upacara pembukaan dan duel tuan rumah Afrika Selatan versus Meksiko di Stadion Soccercity Johanesburg.  Akankah ini menjadi piala dunia yang selalu dikenang? (KOMPAS,11/6)
a.    Tubuh berita à penyebutan narasumber
b.    Penutup à informasi tambahan, closing.
Catatan: ditulis dengan model piramida terbalik.
*      Kriteria paragraf yang baik harus urut dan lengkap.  Bila perlu tidak udah terlalu panjang.  Usahakan dalam paragraph digunakan untuk memulai satu kutipan, blok kutipan yang panjang harus dipecah menjadi beberapa paragraph, dan bila terlalu panjang harus dipotong.
*      Kutipan yang baik membuat pembaca seolah-olah mendengar pembicaraannya serta digunakan untuk mendukung penguatan data dalam berita yang ditulis. Beberapa pegangan menulis kutipan:
a.       Menarik dan informatif,
b.      Mendukung penjelasan,
c.       Hindari kutipan yang menuduh/tidak jelas/tidak berhubungan dgn fokus berita,
d.      Untuk menyatakan reaksi/tindakan narasumber.
Contoh:
1)      Kutipan Langsung
“Kita harus mempertimbangkan apakah kita punya uang untuk membangun gedung baru,” kata Bambang.
2)      Kutipan Tidak Langsung
Bambang mengatakan dewan harus mempertimbangkan apakah tersedia anggaran untuk membangun gedung baru.
3)      Kutipan Parafrase
Bambang mengajukan pertanyaan tentang pembiayaan gedung baru
4)      Kutipan Fragmentaris
Bejo menentang pembangunan gedung itu sebagai suatu “pemborosan yang melebihi sebuah istana”
5)      Kutipan Dialog
Digunakan jika dua atau lebih pembicara dikutip dalam sebuah percakapan tanya jawab, misalnya di persidangan.
*      Praktek Menulis
1.       Dalam bentuk straight news
à Data/hasil liputan disajikan secara lugas    dengan berorientasi 5W+1H.
2. Dalam bentuk features (karangan khas)
à Menampilkan berita yg bersifat human interest, tidak lekang waktu, menggali sisi lain, menggunakan gaya bahasa indah     dengan tulisan yang mengalir.
Catatan Praktek Menulis Berita:
1.       Bahasa yang digunakan sebaiknya ringkas, padat, jelas (tidak ambigu),
2.       Menulislah seolah-olah pembaca melihat peristiwa tersebut sehingga bahasa yang digunakan merupakan bahasa yaang mudah dipahami,
3.       Data itu suci: tidak melakukan rekayasa, dan
4.       Teruslah berlatih menulis.
2.       TEKNIK LIPUTAN DAN WAWANCARA
a.       Teknik Mencari Berita
1)      Melihat, mendatangi secara langsung peristiwa atau fakta seperti :
2)      Mendatangi lokasi kecelakaan
3)      Menghadiri seminar, symposium atau keterangan pers
4)      Mendatangi pasar atau lokasi kebakaran
5)      Mengembangkan data atau fakta yang didapat
6)      Mewawancarai narasumber
7)      Melakukan pengumpulan dan penambahan data melalui internet atau perpustakaan
8)      Press release
b.      Teknik  Wawancara
1)      Menentukan sudut pandang
2)      Menentukan nara sumber
3)      Menetukan tempat/objek liputan
4)      Membuat pertanyaan.
5)      Membuat “WIST LIST” (daftar keinginan).
*      Daftar Keinginan (Wish List)
1)      Siapa saja tokoh yang hendak dijadikan nara sumber
2)      Apa pertanyaan yang hendak diajukan kepada masing-masing nara sumber
3)       Tempat mana harus dikunjungi
4)      Informasi/data apa saja yang harus dipetik dari lapangan.
*      Unsur pokok:
1)      Apa yang terjadi (What)
2)      Siapa yang menjadi korban dan siapa tokoh yang berperan (Who)
3)      Di mana peristiwa itu terjadi (Where)
4)      Kapan berlangsungnya (When)
5)      Mengapa itu dapat terjadi (Why)
6)      Bagaimana korban dan tokoh menghadapi peristiwa itu (How)
7)      Dalam jurnalistik, enam unsur pokok itu sering disebut 5W+1H
*      Syarat Wawancara yang Baik
1)      Dipersiapkan dengan matang (riset)
2)      Memahami persoalan dengan baik
3)      Memperhatikan kondisi psikologis narasumber
4)      Pertanyaan bagus dan jeli
5)      Kritis
3.       TEKNIK FOTOGRAFI
Henri Cartier Bresson, pendiri agensi foto Magnum, terkenal dengan teori “Decisive Moment”, mengatakan; “foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra nampak mengungkap sebuah cerita.” Jurnalistik adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi.Penggabungan dua media komunikasi visual dan verbal. Menimbulkan efek ketiga bagi yang melihatnya. Seorang fotojurnalis adalah seorang wartawan. Mereka harus selalu memotret langsung di jantung peristiwa yang sedang bergolak. Mereka tidak bisa menciptakan foto dengan hanya mengangkat telepon.
Fotojurnalis adalah mata dunia, dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya,” Prof Clifton Edom. Hal terpenting bagi seorang fotojurnalis adalah berfikir bahwa ia adalah seorang wartawan, yang kedua baru ia bertindak sebagai fotografer,” Bruce Baufmann. Dalam salah satu cabang ilmu komunikasi tersebut sebagai berikut:
a.       Dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata. Keseimbangan data tertulis pada teks dan gambar adalah mutlak. Foto berita dapat mengungkapan cara pandang terhadap subjeknya, pesan yang disampaikan lebih penting dari pada sekedar ungkapan pribadi. Caption sangat membantu suatu gambaran bagi masyarakat, bahkan foto esai pun memerlukan caption. Menurut Hicks, caption foto adalah “unit atau bagian dasar dari foto jurnalistik”. Pada bagian tersebut dapat dibentuk pendekatan foto jurnalistik.
b.      Pesan yang disampaikan dari hasil visual foto jurnalistik harus jelas dan segera dipahami seluruh lapisan masyarakat. Pendapat pribadi atau pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam foto jurnalistik. Gaya pemotretan yang khas, bahkan dengan gaya seni tidak menjadi batasan dalam berkarya. Yang penting pesan harus komunikatif bagi semua lapisan masyarakat.
c.       Lingkup foto jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya foto jurnalistik harus memilikikepentingan mutlak pada manusia. Ginny Soutworth menyimpulkan, “merangkul manusia adalah pendekatan prioritas bagi foto jurnalistik, karena kerja dengan subjek manusia adalah segala-galanya dalam profesi tersebut
d.      Foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting (editor) yang handal, berwawasan visual luas, arif, jeli dalam menilai karya foto yang dihasilkan, serta mampu membantu mematangkan ide atau konsep sebelum memberi penugasan. Penyuntingan meliputi pemilihan gambar, saran hingga meminta dilakukan pengambilan gambar ulang jika kurang layak siar.
4.       TEKNIK LAYOUT
Layot bahan berita sekaligus gambar bisa menggunakan aplikasi edit foto seperti: corel draw, photoshop, atau lainnya.




                [1] Sebagian besar materi, di kutip dari: Suminto A Sayuti, Berkenalan dengan Puisi (Yogyakarta: Gama Media, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar