Empu yang Mengajakku Terbenam
Bukan sebuah dongeng yang mengantarkan
aku pada zaman purbani. Namun kenangan yang mekar di pelupuk mataku.
Ketika mata yang berbinar polos,
memotret drama Sangkuriang. Ketika malam semakin menenggelamkannya. Asa masihlah terbit menguasai jiwaku.
Empu mengajakku terbenam.
Aku bersajak waktu.
“Sangkuriang
memadu kasih dengan Dayang Sumbi, dalam ketidaktahuan ia pernah merahimnya”.
Empu mengajakku terbenam.
“Sangkuriang
masih menabiri hatinya”
Empu mengajakku terbenam.
“Dayang Sumbi
tertikam dadanya, ia pernah berumah di
rahimnya”.
Empunya empu membela mata polosku.
Terpancinglah satu batu terlempar ke dadanya. Api menjalar kesemua syaraf ,
meledakkan rumah ruh. Aku masih dalam kepolosan.
Pondok Pena, 23 Juni 2015